Tuesday, March 27, 2018

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
          Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa (PLB). ABK bisa memiliki masalah dalam sensoris, motorik, belajarnya, dan tingkah lakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar. Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK di samping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik. (Yogyakarta Diksia. com, 2010 ).
            Anak Bekebutuhan Khusus pada awalnya dikenal sebagai Anak Luar Biasa (ALB) sehingga pendidikannya juga dikenal sebagai Pendidikan Luar Biasa (PLB), dimana UU No. 2 tahun 1989  pasal 8 ayat 1 menegaskan bahwa ” Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa”. Pada masa itu lembaga pendidikannya juga dikenal sebagai Sekolah Luar Biasa (SLB).
            Perkembangan selanjutnya dalam bidang pendidikan  pasal 5 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 mengganti istilah Pendidikan Luar Biasa menjadi Pendidikan Khusus  dengan menjamin bahwa” Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus“. Selain itu ayat 4  juga menjamin  bahwa “ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “.Jadi kelainan ditinjau dari kekurangan dan kelebihannya.
  Selanjutnya lembaga pendidikan  bagi ABK  dapat kita pahami atas dasar UU No.20 tahun 2003  Pasal 15 yakni Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi (kejuruan), keagamaan dan khusus.Sedangkan pasal 32  ayat 1  UU No. 20 Th  2003  menegaskan bahwa “ Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa “. Yang termasuk ABK antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. (Wikipedia, November 2009).
SLB Karya Murni adalah salah satu sekolah luar biasa yang diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Perkembangan olahraga pada sekolah luar biasa (SLB) wajib diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar, SLTP sampai tingkat SMLB. Muncul pertanyaan mengapa olahraga merupakan suatu mata pelajaran yang wajib diberikan disekolah-sekolah?mebina mental para peserta didik agar membentuk kepribadian yang harmonis, bertanggung jawab, kerjasama, disisplin, maka mata pelajaran pendidikan jasmani sudah selayaknya membawa angin segar untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikutinya. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum meminati olahraga, bahkan cenderung kurang menyukainya. Tetapi, di SLB Karya Murni Ruteng, olahraga merupakan salah pendidikan yang menyenangkan. Karena di samping ingin mencapai suatu keterampilan, serta tujuan utama pendidikan jasmani.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) biasa lebih menitikberatkan pada pembelajaran pengenalan langsung tentang olahraga. Perkembangan olahraga di SLB Karya Murni Ruteng sangat meningkat, buktinya dengan mengikuti berbagai perlombaan baik tingkat kabupaten, propinsi, maupun tingkat nasional dan ini untuk dalam setiap tahun serta meraih keberhasilan yang sangat memuaskan.
Banyak kendala dan hambatan agar pendidikan jasmani disukai dan disenangi oleh siswa atau bahkan untuk mencapai prestasi pada salah satu nomor lomba tingkat pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemukan adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan. Kemampuan guru penjaskes, penguasaan tehnik, dan berorientasi pada hasil dan prestasi. Dengan demikian kesenangan siswa kurang diperhatikan.
Harapan masyrakat kedepanya mata pelajaran pendidikan jasmani di SLB Karya Murni Ruteng, perlu terus dikembangkan dan atau ditingkatkan dengan coba memodifikasikan peralatan dan materi pembelajaran agar siswa SLB Karya Murni Ruteng lebih berprestasi dan meningkatkan mutu dari olahraga itu sendiri. (Pelipus Paus,Guru mata pelajaran pendidikan jasmani SLB Karya Murni Ruteng, 20 september 2011)
           Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam bentuk layanan khusus dijenjang sekolah  luar biasa. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian tentang Pelakasanaan Pendidikan Jasmani Adaptif pada Anak Berkebutuhan Khusus,di SLB Karya Murni Ruteng, Manggarai.
1.2 Rumusan Masalah

               Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada latar belakang, maka peneliti melakukan penelitian untuk mencari jawaban atas masalah berikut ini: Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif pada anak berkebutuhan khusus di SLB Karya Murni, Ruteng, Manggarai.
 1.3  Tujuan dan Kegunaan
 1.3.1. Tujuan
          Untuk mengetahui peranan guru pendidikan jasmani adaptif pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), serta peran sekolah dalam persiapan penyelenggaraan dan penilaian dalam penyelenggaraan guru pendidikan jasmani adaptif yang professional pada anak berkebutuhan khusus.


       1.3.2.Kegunaan
    1.3.2.1.Bagi siswa
        Sebagai bahan informan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif untuk masing-masing   kategori jenis kebutuhan khusus itu.
     1.3.2.2  Bagi  Guru
            Sebagai bahan informan bagi guru pendidikan jasmani adaptif dalam mengimplementasikan materi penjaskesrek bagi anak atau siswa.
      1.3.2.3.Bagi Sekolah
              Sebagai bahan pertimbangan dalm perbaikan pembaharuan kurikulum   pendidikan adaptif bagi sekolah yang dikelolahnya.
       1.3.2.4  Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi perguruan tinggi pada jenjang SI Pendidikan jasmani keshatan oahraga dan rekreasi, Universitas Nusa Cendana Kupang.












BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Jasmani Adaptif
2.1.1 Pengertian Pendidikan
          Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. (Wikipedia.internet, 07 agusustus 2011).
          Beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli adalah sebagai berikut ( internet, 04 September 2011, posting 27 November 2008, Armin blog ) :
1.   Crow (dalam: Supriyatno, 2001, Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kecenderungan Impotensi) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar.
   2. Thompson (1993) Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap  individu   untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya
  3. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
  4. Ki Hajar Dewantara (1889-1959 ) menjelaskan tentang pengertian  pendidikan yaitu  daya upaya  untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan, batin), pikiran (intellect) dan jasmanai anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
  5. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989. Pendidikan adalah Usaha Sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran bagi peranannya dimasa datang.
    Secara mendasar Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila (Cholik Mutohir, 1992).
Adapun tujuan pendidikan jasmani yang di kemukan oleh Agus Mahendra (Falsafah Pendidikan Jasmani, 2003) adalah Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk (Internet 10 agustus 2011): (1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. (2) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. (3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. (4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. (5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. (6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
     2.1.2  Pendidikan Jasmani Adaptif

                  Pendidikan Jasmani Adaptif adalah satu sistem penyampaian pelayanan yang komperhensif yang dirancang untuk mengidentifkasi  dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran bersifat pengembangan konseling dan kordinasi dari sumber/layanan yang terkait untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan pemuda.(http//www. ikadam23, Pembelajaran Adaptif Dalam Pendidikan Jasmani Bagi ABK.com). Tujuan dari penjas adaptif tidak hanya dalam bidang ranah psikomotor, tetapi juga dalam ranah kognitif dan afektif. (Arma Abdoellah, Pendidikan Jasmani Adaptif).
 Tujuan dari pendidikan Jasmani adaptif bagi ABK menurut Prof. Arma Abdoellah,. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif”  (Internet 10 agustus 2011): (1) Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki. (2) Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu. (3) Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi. (4) Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. (5) Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri. (6) Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik. (7) Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Arma Abdoellah (1996, Pendidikan Jasmani Adaptif, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta) Mengemukakan adapun ciri dari program pengajaran penjas adaptif tersebut adalah:
1.      Program Pengajaran Penjas adaptif  disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
2.  Program Pengajaran Penjas adaptif  harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.
3.      Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
2.1.3 .Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

             Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.Beberapa pengertian anak menurut para ahli: (1) John Locke ( dalam Gunarsa, 1986 ), anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. (2) Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. (3) Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. (4) Haditono (Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. (5) Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
           Berdasarkan uraian diatas, bahwa anak merupakan mahkluk sosial,membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. (Rujukan Buku: Suryabrata, Sumadi, 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.  Yogyakarta, internet posted 19 november 2008, psikologi Anak).
            Jadi berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa anak adalah mahluk yang  sama dengan orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk membantu mengembangkan pemikirannya, membutuhkan kasih sayang, dan membutuhkan perhatian dari orang dewasa.
     Menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelaktual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Dengan kurangnya pendidikan seseorang mengenai pengetahuan, keterampilan ternyata bisa membuat seseorang tersebut akan kesulitan untuk menempatkan diri dan mengekspresikan diri.
               Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa (PLB). (Yogyakarta Diksi.com.Internet 12 Agustus 2011).
            Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, Divisi Psikiatri Anak Departemen psikiatri FKUI/Rs CM,Ika Widyawati (Konsep Anak Berkebutuhan Khusus). (Internet 12 agustus 2011), adapun jenis-jenis dari Kebutuhan khusus tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total ( Blind ) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (yang terbuat dari alumunium). (2) Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB), Gangguan pendengaran ringan (41-55dB), Gangguan pendengaran sedang (56-70dB), Gangguan pendengaran berat (71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. (3) Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ:51-70), Tunagrahita sedang (IQ:36-51), Tunagrahita berat (IQ:20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi. (4) Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsi, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. (5) Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan  eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
 2.2   Modifikasi dalam pelaksanaan jasmani adaptif.

  Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya  penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Arma Abdoellah, (1996) Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada :
  1. Modifikasi aturan permain dari aktifitas pendidikan jasmani.
       2. Modifikasi keterampilan dan tehniknya
       3. Modifikasi tehnik mengajarnya.
        4. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.
    2.3  Tugas Guru Penjas Adaptif Pada Anak Berkebutuhan khusus

          Sudah terlihat jelas betapa pentingnya guru penjas adaptif pada anak yang mengalami kelainan pada masing–masing jenis kelainan. Agar guru dapat lebih memahami atau menguasai cara menangani anak. Guru penjas sangat berperan dalam menangani masalah pada anak baik dalam fisiologis maupun psikologisnya. Selain mempunyai peran yang sangat penting ,beberapa tugas yang harus diemban oleh guru penjas adaptif  adalah sebagai berikut: (1) Mendiagnosis kesulitan yang dialami oleh siswa yang mengalami gangguan pada masing–masing kelainan. (2) Membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaaan fisiknya atau gerak. (3) Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk  keadaannya melalui Penjas tertentu. (4) Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi. (5) Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. (6) Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton. (7) Menolong siswa dalam mengembangkan bakatnya.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
           Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam usaha untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Motode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondidsi objek alamiah. (Riduwan, 2009:51).
3.2  Jenis Penelitian
           Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif karena penelitian ini bersifat penelitian kuallitatif naturalistik. Menurut Nasution (192:18) dikatakan bahwa penelitian kualitatif disebut penelitian naturalistik dan disebut kualitatif karena bersifat data yang disimpulkan berbentuk kualitatif bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat ukur atau hitungan statistik. Menurut S. Nasution (1992:5) dikatakan bahwa dalam penelitian naturallistik. Peneliti sendiri harus turun sendiri kelapangan. Dalam pelaksanaan penelelitian naturallistik Lincon, dan Duba (1998) mengemukakan rambu-rambu pelaksanan penelitian naturallistik adalah sebagai berikut: (1) Dengan menggunakan pendekatan observasi dan wawancara maka penemuan dan hasil penelitian selalu dibahas bersama dengan subyek yang terlibat mengingat penelitian naturallistik menghargai buah pikiran sebagai informan. (2) Untuk mengungkapkan makna penelitian menganalisis data secara jelas dengan mengungkapkan dan mendeskripsikan konteks yang muncul dari bawah.
3.3  Lokasi Penelitian
    Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah SLB Karya Murni Ruteng, Kabupaten Manggarai. Pemilihan lokasi penelitian ini tidak terlepas dari alasan-alasan strategis berikut ini: (1) Lokasi penelitian bukan merupakan tempat kerja peneliti supaya tidak terikat dan kurang bebas beraktifitas. (2) Penelitian dilakukan selama satu bulan. Penelitian akan tetap  berada di lokasi sehingga hasil yang didapat langsung dianalisis dan dibuat laporan sesuai dengan data yang diproleh. Hal ini merupakan salah satu syarat keberhasilan suatu penelitian kualitatif naturalistik. (Nasution (192:18).  
3.4  Sumber Data
  3.4.1. Data Primer
             Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut dan berhubungan dengan masalah yang dikaji. Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain observasi, wawancara atau interview, dokumantasi atau dokumantatif. Ini digunakan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini informasi dapat di peroleh dari kepala sekolah SLB Karya Murni Ruteng, Manggarai.
  3.4.2. Data Sekunder
              Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepetingan dengan data tersebut (Boedioono, 2002:7, dalam: contoh proposal penelitian, Andreas Ande, hal. 12). Dalam penelitian ini peneliti bisa memperoleh informasi dari dinas PPO, dari SLB tempat dilakukannya penelitian. 



3.5  Tenik Pengumpulan Data
      Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data-data yang sesuai dengan sifat dan kebutuhan penelitian yakni: metode wawancara pengamatan, observasi dan dokumentasi.
  3.5.1 Observasi
       Observasi adalah data yang dikumpulkan dengan cara mengamati hal-hal yang sedang berkembang di tempat penelitian. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang baik dan mendukung pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian hal ini sesuai dengan yang di aturkan oleh Sutrisno Hadi (1986:117) tentang metode observasi antara lain : (a) Observasi mempunyai arah yang khusus dan secara teratur melihat sekeliling untuk mencari kesan-kesan umun. (b) Observasi ilmiah tentang tingkah laku sistematis, bukan secara suka hati untuk menghadapi situasi. (c) Observasi mengadakan pencatatan yang segera dilakukan. (d) Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin rehabilitasi dan fasilitasi. Observasi adalah sebagai salah satu bagian metode mengumpulkan data yang memberikan sumbangan yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian sejenis informasi tertentu dapat di peroleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti.
    3.5.2.Wawancara atau interview
.    Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sehubungan dengan proses penelitian, Riduwan (2009:7 ). Dengan metode ini agar data yang di peroleh lebih akurat, maka peneliti akan mengambil teknik wawancara yaitu percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dan diwawancarai dengan maksud untuk memperoleh informasi (Riduwan, 2009).
     3.5.3. Dokumantasi atau Dokumantatif
    Metode dokumentasi ini digunakan untuk peroleh pengertian-pengertian tentang pokok-pokok persoalan yang dibicarakan. Metode dokumentasi ini dimaksud untuk mengambil bermacam-macam data tentang hal-hal yang diteliti dengan mempelajari buku yang ada hubungannya dengan penelitian.
        Data yang dikumpulkan berupa foto-foto pada saat melakukan penelitian,bahkan orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti. (Riduwan ( 2009:77 ).
3.6  Teknik Analisis Data
        Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam penelitian, karena analisa data dapat memberikan arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah secara deskriptif (kualitatif naturalistic), penelitian tidak mengutamakan angka-angka statistik,dan peneliti sebagai informasi dalam melakukan penelitian “key informan”atau alat penelitian utama (Nasution, 1999:2).
       Analisis data dilakukan pada suatu proses pengumpulan data yang tengah berlangsung dan pada saat data terkumpul.Semua data yang terkumpul dianalsis data secara kronologis, sistematis, obyektif dan akurat karena analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian, sebab dengan adanya analisis data dapat memberikan makna yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. (Riduwan ( 2009:77 ).
3.7  Pedoman Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi
  3.7.1 Observasi
a. Keadaan sekolah
b. Struktur organisasi sekolah
c. Jumlah siswa perkelas khusus.
d. Jumlah Guru yang mengajar
e. Sarana dan prasaranan yang dipakai dalam mendukung kegiatan  
    pembelajaran
  -    alat-alat peraga yang mendukung
  -   data sarana dan prasarana
3.7.2. Wawancara
 3.7.2.1  Kepala sekolah
a. Bagaimana perkembangan olah raga di SLB Karya Murni Ruteng?
b. Kendala-kendala yang yang dialami, dalam hal ini berhubungan dengan
     pendidikan jasmani.
c. Berbicara tentang fasilitas yang mendukung kegiatan.
 3.7.2.2 Guru Pendidikan jasmani
a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan, dalam hubungannya dengan
    pendidikan jasmani.?
b. Peran guru penjasorkes dalam pelaksanaan pembelajaran.
c. Permainan atau olah raga apa yang diberikan kepada siswa berkebutuhan
   khusus.
           d. sarana dan prasarana ,apakah sudah memadai atau belum?
           e.  Kendala-kendala  apa saja yang dialami guru penjas dalam pelaksanaan  
                kegiatan belajar mengajar penjas pada anak berkebutuhan khusus?
           g. Bagaimana usaha dari Guru penjas dalam mengatasi kendala-kendala
               dalam pelaksanaan kegiatan pembelajar tersebut?


3.7.3. Dokumentasi
      Berupa foto-foto pada saat melakukan penelitian
     a, Kepala sekolah SLB Karya Murni Ruteng
     b. Guru mata pelajaran yangg diwawancara
     c. Siswa
d. Sarana dan prsarana
e. Alat-alat peraga



















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum SLB-B Karya Murni Ruteng
1.1.1. Keadaan geografis dan topografis
              SLB-B Karya Murni Ruteng adalah lembaga pendidikan yang didirikan pada tahun 1985. Terletak di jalan Pelita 30 RT 05/RW 02, Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong, SLB Karya Murni Ruteng memiliki gedung yang berbentuk huruf  U yang terdiri dari 5 buah gedung sekolah dan dibagi dalam 24 ruangan. seperti terlihat pada daftar berikut.
                                 Tabel 1
          keadaan  ruang atau kelas SLB Karya Murni Ruteng
No.
Ruang / Kelas
Jumlah
Keterangan
1.
Ruang Kepala Sekolah
1 Buah
Baik
2.
Ruang Guru Dan Tata Usaha
1 Buah
Baik
3.
Ruang UKS
1 Buah
Baik
4.
Ruang Perpustakaan Dan Gudang
1 Buah
Baik
5.
Ruang Belajar
8 buah
Baik
6.
Kantin
1 Buah
Baik
7.
WC
7 Buah
Baik
8
Ruang keterampilan
  3 Buah
Baik
 9
Kapela
  1 Buah
Baik
10
Ruangan praktek


     Sumber : SLB Karya Murni Ruteng
        SLB-B Karya Murni Ruteng ini juga mmemiliki taman sekolah yang ditata rapih serta letaknya berada jauh dari jalur lalu lintas, sehingga situasinya menunjang kegiatan belajar mengajar. Dengan batas-batas antara lain: Bagian timur berbatasan dengan Jl. Pelita, bagian selatan berbatasan dengan Rumah warga, bagian utara berbatasan dengan Gereja Katedral Ruteng, dan bagian barat berbatasan dengan Rumah warga. Meskipun letak gedung SLB-B Karya Murni Ruteng ini berada di tengah masyarakat namun tetap aman dari ganguan sekitanya.
1.1.2. Keadaan siswa SLB-B
             Pada Umunya Siswa SLB-B Karya Murni Ruteng adalah anak berkebutuhan khusus dan berasal dari kalangan rumah tangga yang tidak mampu.Terjadinya proses pembelajaran di suatu sekolah tidak terlepas dari adanya siswa, maka untuk mengetahui jumlah siswa atau keadaan siswa di SLB-B Karya Murni Ruteng dapat dilihat pada table 2,3, dan 4 berikut ini : 
                                               Tabel 2
                      keberadaan  Siswa SDLB Karya Murni Ruteng
No.
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Putra
Putri
1.
Kelas persiapan IA
3
3
6
2.
Kelas persiapan IB                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
3
3
6
3.
Kelas persiapan II
6
5
11
4.
Ikelas persiapan II A
2
5
7
5.
Kelas persiapan III B
5
3
8
6.
Kelas dasar  IA
3
5
8
7.
Kelas dasar  IB
4
3
7
8.
Kelas dasar  II
4
2
7
9.
Kelas dasar  III
3
-
3
10.
Kelas dasar  IV
1
2
3
11.
 Kelas dasar  V
3
3
6
12.
Kelas dasar  VI
2
1
3
13.
Kelas dasar  VII
3
2
5

                Jumlah
42
38
80





                                           Tabel 3
                 Keberadaan siswa SMPLB Karya Murni Ruteng
 No           .
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Putra
Putri
1.
Kelas VII
2
1
3
2.
Kelas VIII
-
3
3
3.
Kelas IX
-
3
3
                jumlah
2
7
9
                     
                                 Tabel 4
          Keberadaan siswa SMLB Karya Murni Ruteng

No.
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Putra
Putri
1.
Kelas X
2
1
3
2.
Kelas XI
-
2
2
3.
Kelas XII
-
2
2
                jumlah
2
5
7
     Sumber : SLB Karya Murni Ruteng, Oktober 2011

           Berdasarkan bulan Oktober 2011, dari tabel di atas  maka data siswa SLB Karya Murni Ruteng disimpulkan bahwa dengan jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 96 orang anak dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan sekolah, dengan pembagian kelas persiapan dan kelas dasar terdiri dari 80 orang, kelas SMP terdiri dari 9 orang dan kelas SMA terdiri dari 7 orang.
  1.1.3. Potensi Tenaga Kependidikan
Pada Pendidikan Di SLB-B Karya Murni Ruteng mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada table 5 berikut ini :.
                                             Tabel 5.
             keberadaanTenaga kependidikan SLB Karya Murni Ruteng

No
Nama / Nip
Jk
Pend
Jab
1.
Skolastika Daiman,S.Pd
P
S1 PLB
Kepsek

2.
Bonefasius Bon, S.Pd
Nip : 196302121992031123
L
S1 PLB
Guru
3.
Marselinus Dahlan,S.Pd
Nip : 196605052003121003
L
S1 PLB
Guru

4.
Benedikta Laus,S.Pd
Nip : 197007132008012026
P
S1 PLB
Guru

5.
Wilhelmus Jawa,S.Pd
Nip : 196608172002121006
L
S1 PLB
Guru

6.
Pelipus Paus,S.Pd
L
S1 PLB
Guru

7.
Maria Rikhardis
Nip : 196609182000122002
P
SPG-SD
Guru

8.
Ermelinda Lanek, S.Pd
P
S1 PLB
Guru

9.
Benyamin Mitang
Nip : 197110212007011018
L
D2 KAT
Guru

10.
Robertus Rabin,S.Pd
Nip. 197008282000031011
L
S1 KAT
Guru

11.
Emerensiana Jenanut
P
D3 KAT
Guru

12
Theresia V. Cangkung,S.Pd
P
S1 PLB
Guru

13.
Anastasia Sta,S.Pd
Nip. 197406152009032004
P
S1 BINDO
Guru
14.
Elfrida Anita Jemimu,S.Pd
Nip. 198209212009032008
P
S1 BK
Guru

15
Kristina Genor,SE
P
S1 EKO
Guru
16
Ewaldus Farman Bonggong
L
S1 Hukum
Tata usaha
17
Fabianus Santu

L
SD
Penjaga sekolah
18
Marselino Yatut Jehadut
L
SLTP
Penjaga sekolah
Sumber SLB Karya Murni Ruteng

     Dari tabel di atas data guru SLB Karya Murni Ruteng dapat diasumsikan, bahwa dengan jumlah guru yang ada cukup menunjang, Namun kondisi yang ada pada tabel di atas dapat membuktikan bahwa guru-guru SLB Karya Murni Ruteng memiliki standar kompetensi atau kelayakan untuk mengajar yang cukup baik, jika dilihat dari gelar yang dimiliki.
3.6.1     Kebutuhan rela SLB Karya Murni Ruteng
 Untuk membantu proses pembelajaran dan  melengkapi fasilitas yang ada di SLB  Karya Murni Ruteng, dibutuhkan saran pendukung dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :


                                            Tabel.6  
                    Kebutuhan Real SLB Karya Murni Ruteng

N0
U R A I A N
VOLUME
PENGGUNAAN
1

2

3






4

5


6

7

Ruang kelas

Buku pelajaran

operasioanal Keterampilan  :
-          Tata rias
-          Tata boga,
-          Tata busana
-          Bengkel kayu

Beasiswa murid

Biaya operasional


Penambahan guru

Pengangkatan guru PNS
3 buah

Semuan kelas

1 tahun anggaran






7 orang

1 tahun anggaran

4 orang

5 orang
Ruang kelas

Semua pelajaran

Pengadaan bahan






siswa

pengadaan kebutuhan


pendukung

proses belajar guru-guru
    Sumber SLB Karya Murni Ruteng

              Dari table ditas dapat kita lihat bahwa masih banyak fasilitas dan tenaga pengajar yang dibutuhkan, dilihat dari table maasih dibutuhkan 3 ruangan kelas untuk SMA, buku pelajaran yang sangat minim, pengadaan bahan operasional keterampilan, ( ruang tata rias, tata boga, tata busana, bengkel kayu ), sekolah juga membutuhkan beasiswa  murid, biaya operasional yang digunakan untuk pengadahan kebutuhan, penambahan guru 4 orang sebagai pendudukung lancar kegiatan belajar mengajar, pengangkatan guru-guru menjadi PNS sebagai acuan terhadap proses belajar dari guru-guru.
1.2.  Hasil penelitian dan pembahasaan
1.2.1 Observasi
       Observasi adalah data yang dikumpulkan dengan cara mengamati hal-hal yang sedang berkembang di tempat penelitian. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang baik dan mendukung pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian.
     1.2.1.1  Sarana dan prasarana
                              Untuk meningkatankan pembelajaran disuatu sekolah, sarana dan prasarana adalah hal yang perlu ada karena sarana dan prasarana dapat memberikan kontribusi sendiri untuk lancarnya kegiatan KBM. Berdasarkan hasil observasi / pengamatan tentang sarana dan prasarana yang ada di SLB-B Karya Murni Ruteng yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilihat pada daftar berikut ini:
                                     Tabel 7.
                sarana  olahraga SLB Karya Murni Ruteng
No
Jenis Alat
  jumlah
1.
Lapangan bola kaki
1 buah

2.
Lapangan bola voly
1 buah

3.
Lapangan  bola takraw
-

4.
Lapangan bulu tangkis
-

5.
Lapangan tolak Peluru
-

6.
Matras
1 buah

7.
Net voly
1 buah

8.
Net takraw
-

9.
Net badminton
1 buah

11.
Tenis meja
1 buah

12.
Lapangan Cakram
-

13.
Kostum Olahraga
  2 pasang
14
Kolam lompat jauh
1 buah
15
Lapangan tenis lantai
-
16
Timbangan
1 buah
        Sumber  :  SLB-B Karya Murni Ruteng

          Berdasarkan  table di atas, maka sarana yang ada di SLB Karya Murni  Ruteng dapat disimpulkan bahwa masih sangat minim dan kondisi atau jumlah sarana yang dimiliki tidak memadai, tetapi proses pembelajaran penjas tetap berjalan dengan baik.
1.2.1.2      Alat Peraga
           Dalam kegiatan KBM penjas dibutuhkan alat peraga yang dapat membantu jalanya kegiatan belajar mengajar. Dari daftar table berikut beberapa alat peraga yang ada pada SLB Karya Murni Ruteng.
                                       Tabel.8
                     Alat peraga SLB Karya Murni Ruteng
No
Jenis Alat
  jumlah
Keterangan
Baik
Buruk
1.
Bola kaki
1 buah
B
-
2.
Bola voly
1 buah
B
-
3.
Bola takraw
1 buah
-
KB
4.
Raket Badminton
2 pasang
-
KB
5.
Bet tenis meja
2 pasang
1 B
1 KB
6.
 Raket tenis lantai
1 pasang
-
KB
7.
Peluru dan cakram
3 buah
B


                   Dari table di atas dapat dilihat minimnya alat peraga yang ada di SLB Karya Murni Ruteng tidak membuat anak atau siswa untuk tidak berolahraga, dengan adanya fasilitas atau alat peraga diatas kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Usaha dari guru atau pendidik adalah memodifikasikan permainan dan alat-alat peraga guna untuk melengkapi kurikulum, memodifikasi jenis alat peraga tersebut sesuai dengan jenis olahraga. Beberapa permainan yang dimodifikasikan yaitu Rounders dan softbolls, dikarenakan minimnya fasilitas dan disesuaikan dengan kondisi dari anak atau siswa tersebut.
 1.2.2 Wawancara
.                  Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sehubungan dengan proses penelitian. Beberapa hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap Guru Penjasorkes SLB Karya Murni Ruteng dan siswa.
                      Pada pertanyaan pertama dan kedua yang ditanyaakan oleh peneliti lebih ditujukan pada pelaksanaan pendidikan dan peran guru penjasorkes di SLB karya Murni Ruteng, maka dikatakan oleh guru pendidikan jasmani bapak Pilipus Paus  bahwa :
“ Mereka ( ABK ) belum mengenal istilah, tetapi sudah melaksanankan menurut jenis kebutuhan dari mereka dan peran guru penjas 100 % kami berperan, sebagai pelatih, pendidik”
            Pada pertanyaan ketiga dan keempat, peneliti menanyakan hal-hal yang menyangkut permianan apa saja yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus tersebut serta sarana dan prasarana yang ada pada SLB Karya Murni Ruteng, maka dikatakan oleh guru penjas SMPLB bapak Rudiyanto Pantur, yang merangkap sebagai guru penjasorkes SDLB mengatakan ;
“ Hampir semua jenis cabang olah raga, etapi itu semua harus sesuai dengan jenis karakter kebutuhan dari mereka dan  masih kurangnya sarana dan prasaran yang mendukung kegiatan, banyak permainan yang dimodifikasikan, seperti softball, rounders”
             Pertanyaan kelima dan keenam lebih ditujukan pada pertanyaan mengenai kendala-kendala dan cara mengatasi hal-hal dalam mengahdapi anak berkebutuhan khusus tersebut, bapak Pilipus Paus menuturkan bahwa:
“ sulitnya metode yang diberikan kepada anak berkebutuhan ganda, sangat susah untuk konsen terlalu  lama ( sifat dasar ), pemeberian penegasaan secara keras atau kasar dapat membuat  mereka tersinggung, putus asa,  minder, dan cepat marah., susah beradaptasi pada semua pola  permainan yang diberikan., dan cara yang tepat yang dilakukan adalah bersikap seperti seorang bapak, beradaptasi dengan setiap  tingkah pola anak, memberikan bimbingan khusus kepada anak berkebutuhan khusus  tersebut dan olahraga difokuskan sore hari “.
1.2.3 Dokumentasi
   Metode dokumentasi ini digunakan untuk peroleh pengertian-pengertian tentang pokok-pokok persoalan yang dibicarakan. Metode dokumentasi ini dimaksud untuk mengambil bermacam-macam data tentang hal-hal yang diteliti dengan mempelajari buku yang ada hubungannya dengan penelitian.
Pada penelitian ini peneliti mengambil beberapa gambar yang digunakan untuk pembuktian dan alas an yang kuat bhwa peneliti melakukan penelitian. Gambar yang diambil itu antara lain: Gambar (1) gambar dimna peneliti sedang melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran penjasorkes di SLB Karya Murni Ruteng (terlampir), gambar (2) peneliti sedang melakukan wawncara dengan siswa yang dibantu oleh guru mata pelajaran penjasorkes. gambar (3), lapangan bola voli, (4) lapangan bola kaki dan (5) kolam lompat jauh adalah sarana yang mendukung kegiatan pembelajaran penjaorkes di SLB Karya Murni Ruteng (terlampir), gambar (6) alat peraga yang dipakai do SLB Karya Murni Ruteng, yang bermanfaat menunjang kegiatan pembelajaran Penjasorkes.
1.3  Proses Pendidikan Jasmani adaptif pada SLB Karya Murni  
      Ruteng
SLB Karya Murni adalah salah satu sekolah luar biasa yang diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Perkembangan olahraga pada sekolah luar biasa (SLB) wajib diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar, SLTP sampai tingkat SMLB. Muncul pertanyaan mengapa olahraga merupakan suatu mata pelajaran yang wajib diberikan disekolah-sekolah? membina mental para peserta didik agar membentuk kepribadian yang harmonis, bertanggung jawab, kerjasama, disisplin ,maka mata pelajaran pendidikan jasmani sudah selayaknya membawa angin segar untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikutinya. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum meminati olahraga, bahkan cenderung kurang menyukainya. Tetapi, di SLB Karya Murni Ruteng, olahraga merupakan salah pendidikan yang menyenangkan. Karena di samping ingin mencapai suatu keterampilan, serta tujuan utama pendidikan jasmani.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) biasa lebih menitikberatkan pada pembelajaran pengenalan langsung tentang olahraga. Perkembangan olahraga di SLB Karya Murni Ruteng sangat meningkat, buktinya dengan mengikuti berbagai perlombaan baik tingkat kabupaten, propinsi, maupun tingkat nasional dan ini untuk dalam setiap tahun serta meraih keberhasilan yang sangat memuaskan.
Banyak kendala dan hambatan agar pendidikan jasmani disukai dan disenangi oleh siswa atau bahkan untuk mencapai prestasi pada salah satu nomor lomba tingkat pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemukan dalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan. Kemampuan guru penjaskes, penguasaan tehnik, dan berorintasi pada hasil dan prestasi. Dengan demikian kesenangan siswa kurang diperhatikan.
 Harapan Masyrakat kedepanya mata pelajaran pendidikan jasmani di SLB Karya Murni Ruteng, perlu terus dikembangkan dan atau ditingkatkan dengan coba memodifikasikan peralatan dan materi pembelajaran agar siswa SLB Karya Murni Ruteng lebih berprestasi dan meningkatkan mutu dari olahraga itu sendiri.
1.4  Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif
                Kebutuhan merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan motivasi. Motivasi itu akan menimbulkan gerak dan usaha untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan juga merupakan prasyarat yang harus dipenuhi apabila ingin menciptakan sesuatu yang ideal, maka tidak terlepas dari segi psikologi dan sosial.
                Pembelajaran penjas adaptif pada anak berkebutuhan khusus di SLB karya Murni Ruteng, membantu keberhasilan anak dalam mengusahakan pemenuhan kebutuhan fisiknya. Penjas adaptif di SLB Karya Murni Ruteng  dapat memberikan motivasi kepada anak berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan kemampuan anak atau siswa didalam gerak  dan mereka juga belajar pengetahuan tentang aktivitas yang dapat memberikan kepuasaan, mengembangkan sikap, dan apresiasi terhadap aktivitas mereka ikuti. Mereka juga belajar bagaimana  memanfaatkan waktu luang sebagai bentuk rekreasi yang dapat memberikan kesenangan baik secara fisiologis, psikologis, dan social.
                  Pembelajaran penjas adaptif yang dipakai dan dipraktek di SLB Karya Murni Ruteng memberikan kontribusi tersendiri dalam memodifikasikan setiap permainan, alat peraga dan metode yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak atau siswa.
1.4.1  Pemanfaatan Sumber dan Media pembelajaran
Pada umumnya dalam melaksanakan pembelajaran, mereka menggunakan alat-alat bantu yang disediakan dari sekolah sesuai dengan kebutuhan mereka masing, sedangkan untuk penguasaan media disesuaikan dengan kondisi materi pelajaran dan kondisi dari ABK tersebut.
             Dalam proses pembelajaran guru selalu melibatkan peserta didik dan menciptakan suasana keaktifan peserta didik dalam hal pemberian informasi dan latihan-latihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dari siswa tersebut.
     1.4.2.   Proses Pembelajaran
       Sebelum proses pembelelajaran berlangsung, seorang guru harus melaksanakan pengelolahan siswa, sehingga memudahkan guru untuk memperlunak proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran ini guru banyak menerapkan metode individu, karena disesuaikan dengan kondisi dari tiap-tiap anak berkebutuhan khusus tersebut. Adapun kegiatan inti dari proses pembelajaran ini adalah :

1.4.2.1        Penguasaan materi
    Sesuai dengan hasil pengamatan yang dihimpun, pada umunya guru di SLB-B karya Murni Ruteng mempunyai kompetensi dan penguasaan materi. Setiap guru wajib mengikuti pelatihan yang dilaksanakan dari dinas PPO dan kegiatan ditingkatan propinsi khususnya pada pelaksanaan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
1.4.2.2      Metode Pembelajaran
                   Strategi pembelajaran yang dilakukan guru umunya adalah ceramah, bimbingan dan tugas, karena dilihat dari situasi dan kondisi dan anak berkebutuhan khusus tersebut. Dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah metode individu. Alasan dari pembelajaran mengunakan metode individu ini adalah : 1) Penggunaan metode individu ini karena banyak siswa kebutuhan  khusus mempunyai kelainan ganda, dalam hal ini adalah adanya   siswa mempunyai lebih dari satu kebutuhan, misalnya ada siswa yang gangguan pada pendengaran dan gangguan pembicaraan. 2) Sangat susah konsen telalu lama, krarena merupakan sifat dasar. 3) Pemberian penegasaan secara kasar dapat membuat mereka tersinggung, putus asa, dan cepat marah. 4) Susahnya beradaptasi pada pola permainan. 5) Tidak mampu menjaga sarana dan prasarana.
      1.5 Organisasi Sekolah di SLB Karya Murni Ruteng
           1.5.1. Tingkat pendidikan Guru
Pada dasarnya tingkat pendidikan tenaga pengajar di SLB Karya Murni Ruteng berbeda-beda dan dapat dilihat dari daftar tingkat pendidikan dibawah ini :

                                          Table 9
                    Pendidikan Guru-guru SLB Karya Murni Ruteng
no
Latar belakang pendidikan
%
1
S1
13
-
2
DIII
1
-
3
DII
1
-
4
KPG
-
-
5
SPG
1
-
6
PGAN
-
-
7
SMA/ SMK
-
-
8
SMP
1
-
9
SD
1
-
                Jumlah
18
100

Dari tabel di atas data guru SLB Karya Murni Ruteng dapat simpulkan, bahwa pendidikan dari setiap guru yang ada cukup menunjang, kondisi yang ada pada tabel di atas dapat membuktikan bahwa guru-guru SLB Karya Murni Ruteng memiliki standar kompetensi atau kelayakan untuk mengajar yang cukup baik.
1.5.2           Jabatan Tenaga Pendidikan
          Di DLB Karya Murni Ruteng mempunyai struktur jabatan pendidik seperti yang dilampirkan pada table 10 berikut ini :
                                     Tabel 10
           Jabatan tenaga pendidik SLB Karya Murni Ruteng
no
jabatan
%
1
Kepala sekolah
1
-
2
Wakil kepala sekolah
-
-
3
Wali kelas / guru kelas
8
-
4
Guru mata pelajaran
6
-
5
Tata usaha
1
-
6
Penjaga sekolah
2
-

jumlah
18
100

           Dari  table diatas maka disimpulkan jabatan tenaga pendidikan SLB Karya Murni Ruteng anatara lain, 1 roang kepala sekolah, di SLB karya Murni Ruteng wakil kepala sekolah tidak dipakai Karena kepala sekolah rangkap menjadi wakil, wali kelas / atau guru kelas ada 8 orang guru sekalian merangkap sebagai pengajar, guru mata pelajaran ada 6 orang guru, yaitu 3 orang guru kateketik, 1 orang guru bahasa Indonesia, 1 orang BK, dan 1 orang guru Ekonomi, 1 orang tata usaha, 2 orang penjaga sekolah.
1.5.3        Pelatihan yang dilakukan oleh guru SLB Karya Murni Ruteng
                Untuk memajukan pendidikan di SLB Karya Murni Ruteng, maka sekolah mengadakan pelatihan kepada tiap-tiap guru mata pelajaran baik tingkat kabupaten, propinsi, maupun nasional. Pelatihan ini bertujuan untuk melatih beradaptasi terhadap setiap kebutuhan yang dialami anak atau siswa dan pengenalan terhadap tiap-tiap kategori kebutuhan anak atau siswa tersebut.
1.6      Materi pembelajaran
                          Dalam pembelajaran di SLB karya murni Ruteng, materi pembelajaran seperti sekolah-sekolah biasa tidak ada materi khusus untuk siswa.
1.6.1   Silabus dan RPP
                    Silabus yang terdiri dari: standar kompetensi, kompotensi dasar, indicator materi pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, metode alokasi waktu/alat/bahan, dengan materi yang akan dibawakan.
                         RPP yang terdiri dari: standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, metode, langkah-langkah pembelajaran. Berikut contoh RPP yang dipakai di SLB Karya Murni Ruteng.


1.6.2     Struktur dan Muatan kurikulum
              Struktur kurikulum, muatan kurikulum, media pembelajaran, muatan local, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, penilaian dan pengurusan.
1.6.3     Penilaian proses pembelajaran
             Penilaian yang dilakukan oleh guru adalah penilaian proses dan hasil yang bisa dibuat oleh anak berkebutuhan khusus tersebut pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

















                                         BAB V
                                     PENUTUP

1.1  Kesimpulan
         Pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh  anak yang mengalami kelainan, terutama penjas adaptif yang bisa membantu siswa baik pada fisiologis maupun psikologisnya. Program pendidikan yang diberikan harus sesuai dengan kelainan yang dialami oleh masing–masing anak. Sebagai guru kita harus pandai dalam mengatur strategi atau model–model pembelajaran untuk anak yang mengalami gangguan tersebut. Pada penderita gangguan fisik, bukan hanya dalam segi fisik saja yang harus tangani tetapi juga pada mental dan social.
         Adapun beberapa hal penting yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan:
1.      Penyampaian konsep belajar harus konkrit  agar mempermudah pemahaman dari setiap anak berkebutuhan khusus  tersebut.
2.      Metode demonstrasi dan memodifikasikan alat sesuai dengan kebutuhan anak tersebut dapat mningkatkan keaktifan belajar mereka.
3.      Peran guru sangat penting, adanya bimbingan, keuletan, dan kesigapan dari pendidik sehingga pemahaman dari anak berkebutuhan khusus terhadap pembelajaran sangat mudah.
           Adanya pelatihan terhadap guru khusus pada bidang masing-masing  kebutuhan, sehingga mempermudah jalannya kegiatan pembelajaran nanti.
1.2. Saran
Kita harus memperlakukan mereka sebagai individu yang berharga dengan bakat-bakat yang dihargai, dengan keunikan perasaan yang dapat diekspresikan, dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang patut dipenuhi, dan dengan perasaan frustasi yang dapat diatasi.
Berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran mungkin ada nada dan itu sangat membuat guru atau pendidik selalu merasa terganggu.untuk memncegal akan apa yang terjadi penulis menyarankan beberapa hal:
1.      Guru atau pendidik harus menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik dan benar sesuai dengan kebutuhan dari anak berkebutuhan itu masing, dengan ini bisa membantu kegiatan pembelajaran nantinya.
2.      Menciptakn kondisi belajar sehingga peserta didik betah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.      Mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dari anak berkebutuhan khusus sehingga dapat meningkatkan pengertian terhadap anak berkebutuhan khusus tersebut.









DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdoellah, Prof.,M.sc., (1996): Pendidikan Jasmani Adaptif, Ditjen Dikti,          Depdikbud, Jakarta
Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), Psikologi anak.
Cholik Mutohir, (1992).Pengertian Pendidikan Jasmani
Boediono, 2002:7, dalam: contoh proposal penelitian, Andreas Ande, hal. 12).
 Nasution (192:18)  penelitian tindakan kelas.
Agus Mahendra,  2003 ( Falsafah Pendidikan Jasmani)
John Locke (dalam Gunarsa, 1986 Psikologi Perkembangan,Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia)
Http :// www,Yogyakarta(Diksi.com) Pelatihan anak berkebutuhan khusus dengan pendidikan jasmani adaptif. 2010 ).
Http :// www Subject: [Puterakembara] Kebijakan Pendidikan Bagi Anak Autis,09/24/2005
Http://Oktamahalita.Wordpress.Com/ 2010/ 01/ 27/ Pengertian Penjas dan Olahraga.
Undang-undang sistem pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989
Riduwan,2009. Belajar muda penelitian untuk guru-kariawan dan peneliti pemula. Bandung:Alfabeta
Sutrisno Hadi  metode observasi (1986:117)
psikiatri FKUI/Rs CM, Dr. Ika Widyawati Sp KJ (K) (Konsep Anak Berkebutuhan Khusus).(Internet 12 agustus 2011),
(internet,04 September 2011,posting 27 November 2008,Armin blog) :
Rujukan Buku : Suryabrata, Sumadi, 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.  Yogyakarta, internet posted 19 november 2008, psikologi Anak)
Crow (Dalam:Supriyatno, 2001, Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kecenderungan Impotensi).
Pelipus Paus (Guru mata pelajaran pendidikan jasmani SLB Karya Murni Ruteng, 20 september 2011.
http//www. ikadam23, Pembelajaran Adaptif Dalam Pendidikan Jasmani Bagi ABK.com.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) Pengertian pendidikan.


















MODUL AJAR PJOK SD FASE B KELAS IV MATERI 1.5

  MODUL AJAR PJOK SD FASE B KELAS IV   Penyusun : Jenjang Sekolah : SD K KA REDONG Kelas : IV Materi : 1.5 A...