BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah
anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun
kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang
optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa (PLB). ABK bisa memiliki masalah
dalam sensoris, motorik, belajarnya, dan tingkah lakunya. Semua ini
mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian
besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan
lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang
fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah
dengan benar. Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi,
dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat
melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya.
Pendidikan jasmani bagi ABK di samping untuk kesehatan juga harus mengandung
pembetulan kelainan fisik. (Yogyakarta Diksia. com, 2010 ).
Anak Bekebutuhan Khusus pada
awalnya dikenal sebagai Anak Luar Biasa (ALB) sehingga pendidikannya juga
dikenal sebagai Pendidikan Luar Biasa
(PLB), dimana UU No. 2 tahun 1989 pasal 8 ayat 1 menegaskan bahwa
” Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa”. Pada masa itu lembaga pendidikannya juga dikenal
sebagai Sekolah Luar Biasa (SLB).
Perkembangan selanjutnya dalam bidang pendidikan pasal 5 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 mengganti istilah Pendidikan
Luar Biasa menjadi Pendidikan Khusus dengan menjamin bahwa” Warga Negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus“. Selain itu ayat 4 juga
menjamin bahwa “ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “.Jadi kelainan ditinjau
dari kekurangan dan kelebihannya.
Selanjutnya lembaga pendidikan bagi
ABK dapat kita pahami atas dasar UU No.20 tahun 2003 Pasal 15 yakni Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi (kejuruan), keagamaan dan
khusus.Sedangkan pasal 32 ayat 1 UU No. 20 Th 2003
menegaskan bahwa “ Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa “. Yang
termasuk ABK antara lain tunanetra, tunarungu,
tunagrahita,
tunadaksa,
tunalaras,
kesulitan belajar,
gangguan prilaku,
anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus
adalah anak luar biasa
dan anak cacat.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille
dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk
tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk
cacat ganda. (Wikipedia, November 2009).
SLB
Karya Murni adalah salah satu sekolah luar biasa yang diperuntukan bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK). Perkembangan olahraga pada sekolah luar biasa (SLB)
wajib diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar, SLTP sampai tingkat
SMLB. Muncul pertanyaan mengapa olahraga merupakan suatu mata pelajaran yang
wajib diberikan disekolah-sekolah?mebina mental para peserta didik agar
membentuk kepribadian yang harmonis, bertanggung jawab, kerjasama, disisplin, maka
mata pelajaran pendidikan jasmani sudah selayaknya membawa angin segar untuk
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikutinya. Namun pada kenyataannya, masih
banyak siswa yang belum meminati olahraga, bahkan cenderung kurang menyukainya.
Tetapi, di SLB Karya Murni Ruteng, olahraga merupakan salah pendidikan yang
menyenangkan. Karena di samping ingin mencapai suatu keterampilan, serta tujuan
utama pendidikan jasmani.
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) biasa lebih menitikberatkan pada pembelajaran
pengenalan langsung tentang olahraga. Perkembangan olahraga di SLB Karya Murni
Ruteng sangat meningkat, buktinya dengan mengikuti berbagai perlombaan baik
tingkat kabupaten, propinsi, maupun tingkat nasional dan ini untuk dalam setiap
tahun serta meraih keberhasilan yang sangat memuaskan.
Banyak
kendala dan hambatan agar pendidikan jasmani disukai dan disenangi oleh siswa
atau bahkan untuk mencapai prestasi pada salah satu nomor lomba tingkat
pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemukan adalah kurang tersedianya
fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan. Kemampuan guru penjaskes, penguasaan
tehnik, dan berorientasi pada hasil dan prestasi. Dengan demikian kesenangan
siswa kurang diperhatikan.
Harapan
masyrakat kedepanya mata pelajaran pendidikan jasmani di SLB Karya Murni
Ruteng, perlu terus dikembangkan dan atau ditingkatkan dengan coba
memodifikasikan peralatan dan materi pembelajaran agar siswa SLB Karya Murni
Ruteng lebih berprestasi dan meningkatkan mutu dari olahraga itu sendiri. (Pelipus
Paus,Guru mata pelajaran pendidikan jasmani SLB Karya Murni Ruteng, 20
september 2011)
Dengan uraian di atas maka jelas bahwa
Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan,
jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan
terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam
bentuk layanan khusus dijenjang sekolah luar biasa.
Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian tentang Pelakasanaan
Pendidikan Jasmani Adaptif pada Anak Berkebutuhan Khusus,di SLB Karya Murni
Ruteng, Manggarai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada
latar belakang, maka peneliti melakukan penelitian untuk mencari jawaban atas
masalah berikut ini: Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif pada
anak berkebutuhan khusus di SLB Karya Murni, Ruteng, Manggarai.
1.3 Tujuan dan
Kegunaan
1.3.1. Tujuan
Untuk mengetahui peranan guru pendidikan
jasmani adaptif pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), serta peran sekolah dalam
persiapan penyelenggaraan dan penilaian dalam penyelenggaraan guru pendidikan
jasmani adaptif yang professional pada anak berkebutuhan khusus.
1.3.2.Kegunaan
1.3.2.1.Bagi siswa
Sebagai bahan informan pelaksanaan
pendidikan jasmani adaptif untuk masing-masing kategori jenis kebutuhan khusus itu.
1.3.2.2
Bagi Guru
Sebagai bahan informan bagi guru pendidikan
jasmani adaptif dalam mengimplementasikan materi penjaskesrek bagi anak atau
siswa.
1.3.2.3.Bagi
Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalm
perbaikan pembaharuan kurikulum pendidikan
adaptif bagi sekolah yang dikelolahnya.
1.3.2.4
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi perguruan
tinggi pada jenjang SI Pendidikan jasmani keshatan oahraga dan rekreasi,
Universitas Nusa Cendana Kupang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Jasmani Adaptif
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan
juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. (Wikipedia.internet, 07 agusustus
2011).
Beberapa pengertian pendidikan
menurut para ahli adalah sebagai berikut ( internet, 04 September 2011, posting
27 November 2008, Armin blog ) :
1. Crow (dalam: Supriyatno, 2001, Perbedaan
Tingkat Kecemasan Menghadapi Kecenderungan Impotensi) mengatakan bahwa
pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan
kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk
dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan
ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan
juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi
individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar.
2. Thompson (1993) Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang
tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai
proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut
diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan
perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
4. Ki Hajar Dewantara (1889-1959 )
menjelaskan tentang pengertian pendidikan
yaitu daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan,
batin), pikiran (intellect) dan
jasmanai anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
5. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 2 Tahun 1989. Pendidikan adalah Usaha Sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran bagi peranannya dimasa datang.
Secara mendasar Pendidikan
jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran
jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta
kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
berkualitas berdasarkan Pancasila (Cholik Mutohir, 1992).
Adapun
tujuan pendidikan jasmani yang di kemukan oleh Agus Mahendra (Falsafah Pendidikan Jasmani, 2003)
adalah Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada
siswa untuk (Internet 10 agustus 2011):
(1) Mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,
perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. (2) Mengembangkan kepercayaan
diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong
partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. (3) Memperoleh dan mempertahankan
derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari
secara efisien dan terkendali. (4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui
partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. (5)
Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan
sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar
orang. (6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani,
termasuk permainan olahraga.
2.1.2 Pendidikan Jasmani Adaptif
Pendidikan Jasmani Adaptif adalah satu
sistem penyampaian pelayanan yang komperhensif
yang dirancang untuk mengidentifkasi dan
memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup
penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran bersifat
pengembangan konseling dan kordinasi dari sumber/layanan yang terkait untuk
memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan
pemuda.(http//www. ikadam23, Pembelajaran
Adaptif Dalam Pendidikan Jasmani Bagi ABK.com). Tujuan dari penjas adaptif tidak
hanya dalam bidang ranah psikomotor, tetapi juga dalam ranah kognitif dan
afektif. (Arma Abdoellah, Pendidikan Jasmani Adaptif).
Tujuan dari pendidikan
Jasmani adaptif bagi ABK menurut Prof. Arma Abdoellah,. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” (Internet
10 agustus 2011): (1) Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang
dapat diperbaiki. (2) Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi
apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu. (3) Untuk
memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah
macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi. (4) Untuk
menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. (5) Untuk
membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki
harga diri. (6) Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi
terhadap mekanika tubuh yang baik. (7) Untuk menolong siswa memahami dan menghargai
macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
Sifat
program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang
menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Arma
Abdoellah (1996, Pendidikan Jasmani
Adaptif, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta) Mengemukakan adapun ciri dari program pengajaran
penjas adaptif tersebut adalah:
1. Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan
jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses,
dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim
dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan
sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang
berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena
itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami
keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
2. Program Pengajaran Penjas
adaptif
harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap
tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani
adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang
memperburuk keadaanya.
3. Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
jasmani individu. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu
program kesegaran jasmani yang progressif,
selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat
perkembangan akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
2.1.3
.Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak
adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain
untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan
segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai
taraf kemanusiaan yang normal.Beberapa pengertian anak menurut para ahli: (1)
John Locke ( dalam Gunarsa, 1986 ), anak adalah pribadi yang masih bersih dan
peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. (2) Augustinus (dalam Suryabrata,
1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan
bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan
untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah
belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat
memaksa. (3) Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai
pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala
keterbatasan. (4) Haditono (Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan
mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi
perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga
memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan
yang cukup baik dalam kehidupan bersama. (5) Kasiram (1994), mengatakan anak
adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan,
pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan
sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa anak
merupakan mahkluk sosial,membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi
perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri
yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis
dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan
pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi
fase selanjutnya. (Rujukan Buku: Suryabrata, Sumadi, 2000. Pengembangan Alat
Ukur Psikologis. Yogyakarta, internet
posted 19 november 2008, psikologi Anak).
Jadi berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh para ahli diatas peneliti
menyimpulkan bahwa anak adalah mahluk yang
sama dengan orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk membantu
mengembangkan pemikirannya, membutuhkan kasih sayang, dan membutuhkan perhatian
dari orang dewasa.
Menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 5
ayat 2 dinyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
intelaktual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Dengan
kurangnya pendidikan seseorang mengenai pengetahuan, keterampilan ternyata bisa
membuat seseorang tersebut akan kesulitan untuk menempatkan diri dan
mengekspresikan diri.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah
anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun
kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang
optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa (PLB). (Yogyakarta Diksi.com.Internet 12 Agustus 2011).
Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, Divisi Psikiatri Anak Departemen psikiatri FKUI/Rs CM,Ika Widyawati (Konsep Anak Berkebutuhan
Khusus). (Internet 12 agustus 2011), adapun
jenis-jenis dari Kebutuhan khusus tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total ( Blind ) dan low vision.
Definisi Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi
penglihatan kurang dari 6/60 setelah
dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki
keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada
alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu
prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu
tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara,
contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan
benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti
lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktifitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra
mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (yang
terbuat dari alumunium). (2) Tunarungu
adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB), Gangguan pendengaran
ringan (41-55dB), Gangguan pendengaran sedang (56-70dB), Gangguan pendengaran
berat (71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB). Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan
individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang
abstrak. (3) Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita
berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ:51-70), Tunagrahita
sedang (IQ:36-51), Tunagrahita berat (IQ:20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ
dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada
kemampuan bina diri dan sosialisasi. (4) Tunadaksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral
palsi, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah
ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik
dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan
total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. (5) Tunalaras
adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan
eksternal
yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
2.2 Modifikasi dalam pelaksanaan jasmani
adaptif.
Dari masalah yang disandang dan karakteristik
setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian
dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Arma
Abdoellah, (1996) Penyesuaian
dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada :
1. Modifikasi aturan permain dari aktifitas pendidikan jasmani.
2. Modifikasi
keterampilan dan tehniknya
3. Modifikasi
tehnik mengajarnya.
4. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang,
fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang
dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat
dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang
dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping
membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya.
Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan
karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK. Apabila program
pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka
pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial
dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat
membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di
lingkungannya.
2.3 Tugas Guru Penjas Adaptif Pada Anak
Berkebutuhan khusus
Sudah terlihat jelas betapa pentingnya guru
penjas adaptif pada anak yang mengalami kelainan pada masing–masing jenis
kelainan. Agar guru dapat lebih memahami atau menguasai cara menangani anak.
Guru penjas sangat berperan dalam menangani masalah pada anak baik dalam
fisiologis maupun psikologisnya. Selain mempunyai peran yang sangat penting
,beberapa tugas yang harus diemban oleh guru penjas adaptif adalah sebagai berikut: (1) Mendiagnosis
kesulitan yang dialami oleh siswa yang mengalami gangguan pada masing–masing
kelainan. (2) Membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan
keadaaan fisiknya atau gerak. (3) Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri
dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya
melalui Penjas tertentu. (4) Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari
dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu
luang yang bersifat rekreasi. (5) Untuk menolong siswa memahami keterbatasan
kemampuan jasmani dan mentalnya. (6) Untuk menolong siswa memahami dan
menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton. (7) Menolong
siswa dalam mengembangkan bakatnya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam usaha
untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan dengan menggunakan
metode ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Motode kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondidsi objek alamiah. (Riduwan,
2009:51).
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif karena penelitian ini bersifat penelitian kuallitatif
naturalistik. Menurut Nasution (192:18) dikatakan bahwa penelitian kualitatif
disebut penelitian naturalistik dan disebut kualitatif karena bersifat data
yang disimpulkan berbentuk kualitatif bukan kuantitatif karena tidak
menggunakan alat ukur atau hitungan statistik. Menurut S.
Nasution (1992:5) dikatakan bahwa dalam penelitian naturallistik. Peneliti
sendiri harus turun sendiri kelapangan. Dalam pelaksanaan penelelitian
naturallistik Lincon, dan Duba (1998) mengemukakan rambu-rambu pelaksanan
penelitian naturallistik adalah sebagai berikut: (1) Dengan menggunakan
pendekatan observasi dan wawancara maka penemuan dan hasil penelitian selalu dibahas
bersama dengan subyek yang terlibat mengingat penelitian naturallistik
menghargai buah pikiran sebagai informan. (2) Untuk mengungkapkan makna
penelitian menganalisis data secara jelas dengan mengungkapkan dan
mendeskripsikan konteks yang muncul dari bawah.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini
adalah SLB Karya Murni Ruteng, Kabupaten Manggarai. Pemilihan lokasi penelitian
ini tidak terlepas dari alasan-alasan strategis berikut ini: (1) Lokasi
penelitian bukan merupakan tempat kerja peneliti supaya tidak terikat dan
kurang bebas beraktifitas. (2) Penelitian dilakukan selama satu bulan. Penelitian
akan tetap berada di lokasi sehingga
hasil yang didapat langsung dianalisis dan dibuat laporan sesuai dengan data
yang diproleh. Hal ini merupakan salah satu syarat keberhasilan suatu
penelitian kualitatif naturalistik. (Nasution (192:18).
3.4 Sumber Data
3.4.1. Data Primer
Data
primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan
atau yang memakai data tersebut dan berhubungan dengan masalah yang dikaji. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain observasi, wawancara
atau interview, dokumantasi atau dokumantatif. Ini digunakan untuk
membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini informasi dapat
di peroleh dari kepala sekolah SLB Karya Murni Ruteng, Manggarai.
3.4.2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepetingan dengan data
tersebut (Boedioono, 2002:7, dalam: contoh proposal penelitian, Andreas Ande, hal.
12). Dalam penelitian ini peneliti bisa memperoleh informasi dari dinas PPO,
dari SLB tempat dilakukannya penelitian.
3.5 Tenik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa metode untuk mengumpulkan data-data yang sesuai dengan sifat dan
kebutuhan penelitian yakni: metode wawancara pengamatan, observasi dan
dokumentasi.
3.5.1 Observasi
Observasi adalah data yang dikumpulkan
dengan cara mengamati hal-hal yang sedang berkembang di tempat penelitian. Observasi
merupakan metode pengumpulan data yang baik dan mendukung pengumpulan data
secara langsung di lokasi penelitian hal ini sesuai dengan yang di aturkan oleh
Sutrisno Hadi (1986:117) tentang metode observasi antara lain : (a) Observasi
mempunyai arah yang khusus dan secara teratur melihat sekeliling untuk mencari
kesan-kesan umun. (b) Observasi ilmiah tentang tingkah laku sistematis, bukan
secara suka hati untuk menghadapi situasi. (c) Observasi mengadakan pencatatan
yang segera dilakukan. (d) Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan
untuk menjamin rehabilitasi dan fasilitasi. Observasi adalah sebagai salah satu
bagian metode mengumpulkan data yang memberikan sumbangan yang sangat penting
dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian sejenis informasi tertentu dapat
di peroleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti.
3.5.2.Wawancara
atau interview
. Wawancara
merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sehubungan dengan proses penelitian, Riduwan (2009:7 ). Dengan metode
ini agar data yang di peroleh lebih akurat, maka peneliti akan mengambil teknik
wawancara yaitu percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dan diwawancarai
dengan maksud untuk memperoleh informasi (Riduwan, 2009).
3.5.3. Dokumantasi atau Dokumantatif
Metode
dokumentasi ini digunakan untuk peroleh pengertian-pengertian tentang
pokok-pokok persoalan yang dibicarakan. Metode dokumentasi ini dimaksud untuk
mengambil bermacam-macam data tentang hal-hal yang diteliti dengan mempelajari
buku yang ada hubungannya dengan penelitian.
Data
yang dikumpulkan berupa foto-foto pada saat melakukan penelitian,bahkan
orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan informasi sehubungan dengan
masalah yang diteliti. (Riduwan ( 2009:77 ).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat
penting dalam penelitian, karena analisa data dapat memberikan arti makna yang
berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah secara deskriptif (kualitatif naturalistic), penelitian
tidak mengutamakan angka-angka statistik,dan peneliti sebagai informasi dalam
melakukan penelitian “key informan”atau
alat penelitian utama (Nasution, 1999:2).
Analisis data dilakukan pada suatu
proses pengumpulan data yang tengah berlangsung dan pada saat data
terkumpul.Semua data yang terkumpul dianalsis data secara kronologis, sistematis,
obyektif dan akurat karena analisis data merupakan bagian yang sangat penting
dalam penelitian, sebab dengan adanya analisis data dapat memberikan makna yang
berguna dalam pemecahan masalah penelitian. (Riduwan ( 2009:77 ).
3.7
Pedoman Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi
3.7.1 Observasi
a.
Keadaan sekolah
b.
Struktur organisasi sekolah
c.
Jumlah siswa perkelas khusus.
d.
Jumlah Guru yang mengajar
e. Sarana dan
prasaranan yang dipakai dalam mendukung kegiatan
pembelajaran
- alat-alat
peraga yang mendukung
- data
sarana dan prasarana
3.7.2. Wawancara
3.7.2.1 Kepala sekolah
a.
Bagaimana perkembangan olah raga di SLB Karya Murni Ruteng?
b.
Kendala-kendala yang yang dialami, dalam hal ini berhubungan dengan
pendidikan jasmani.
c.
Berbicara tentang fasilitas yang mendukung kegiatan.
3.7.2.2 Guru Pendidikan jasmani
a. Bagaimana
pelaksanaan pendidikan, dalam hubungannya dengan
pendidikan jasmani.?
b. Peran guru penjasorkes
dalam pelaksanaan pembelajaran.
c. Permainan atau olah
raga apa yang diberikan kepada siswa berkebutuhan
khusus.
d. sarana dan prasarana ,apakah
sudah memadai atau belum?
e.
Kendala-kendala apa saja yang
dialami guru penjas dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar penjas pada anak
berkebutuhan khusus?
g. Bagaimana usaha dari Guru
penjas dalam mengatasi kendala-kendala
dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajar tersebut?
3.7.3. Dokumentasi
Berupa foto-foto pada saat melakukan
penelitian
a, Kepala sekolah SLB Karya Murni Ruteng
b. Guru mata pelajaran yangg diwawancara
c. Siswa
d.
Sarana dan prsarana
e.
Alat-alat peraga
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1
Gambaran Umum SLB-B Karya Murni Ruteng
1.1.1. Keadaan
geografis dan topografis
SLB-B Karya Murni
Ruteng adalah lembaga pendidikan yang didirikan pada tahun 1985. Terletak di
jalan Pelita 30 RT 05/RW 02, Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong, SLB
Karya Murni Ruteng memiliki gedung yang berbentuk huruf U yang terdiri dari 5 buah gedung sekolah dan
dibagi dalam 24 ruangan. seperti terlihat pada daftar berikut.
Tabel 1
keadaan ruang atau kelas SLB Karya Murni Ruteng
No.
|
Ruang
/ Kelas
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
|
Ruang Kepala
Sekolah
|
1 Buah
|
Baik
|
2.
|
Ruang Guru Dan
Tata Usaha
|
1 Buah
|
Baik
|
3.
|
Ruang UKS
|
1 Buah
|
Baik
|
4.
|
Ruang
Perpustakaan Dan Gudang
|
1 Buah
|
Baik
|
5.
|
Ruang Belajar
|
8 buah
|
Baik
|
6.
|
Kantin
|
1 Buah
|
Baik
|
7.
|
WC
|
7 Buah
|
Baik
|
8
|
Ruang keterampilan
|
3 Buah
|
Baik
|
9
|
Kapela
|
1 Buah
|
Baik
|
10
|
Ruangan
praktek
|
|
|
Sumber
: SLB Karya Murni Ruteng
SLB-B Karya Murni Ruteng ini juga
mmemiliki taman sekolah yang ditata rapih serta letaknya berada jauh dari jalur
lalu lintas, sehingga situasinya menunjang kegiatan belajar mengajar. Dengan
batas-batas antara lain: Bagian timur berbatasan dengan Jl. Pelita, bagian
selatan berbatasan dengan Rumah warga, bagian utara berbatasan dengan Gereja
Katedral Ruteng, dan bagian barat berbatasan dengan Rumah warga. Meskipun letak
gedung SLB-B Karya Murni Ruteng ini berada di tengah masyarakat namun tetap
aman dari ganguan sekitanya.
1.1.2. Keadaan siswa SLB-B
Pada Umunya Siswa SLB-B Karya Murni
Ruteng adalah anak berkebutuhan khusus dan berasal dari kalangan rumah tangga
yang tidak mampu.Terjadinya
proses pembelajaran di suatu sekolah tidak terlepas dari adanya siswa, maka
untuk mengetahui jumlah siswa atau keadaan siswa di SLB-B
Karya Murni Ruteng dapat
dilihat pada table 2,3, dan 4 berikut ini :
Tabel 2
keberadaan Siswa SDLB Karya Murni Ruteng
No.
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Putra
|
Putri
|
|||
1.
|
Kelas
persiapan IA
|
3
|
3
|
6
|
2.
|
Kelas persiapan IB
|
3
|
3
|
6
|
3.
|
Kelas persiapan II
|
6
|
5
|
11
|
4.
|
Ikelas persiapan II A
|
2
|
5
|
7
|
5.
|
Kelas persiapan III B
|
5
|
3
|
8
|
6.
|
Kelas dasar IA
|
3
|
5
|
8
|
7.
|
Kelas dasar IB
|
4
|
3
|
7
|
8.
|
Kelas dasar II
|
4
|
2
|
7
|
9.
|
Kelas dasar III
|
3
|
-
|
3
|
10.
|
Kelas dasar IV
|
1
|
2
|
3
|
11.
|
Kelas
dasar V
|
3
|
3
|
6
|
12.
|
Kelas dasar VI
|
2
|
1
|
3
|
13.
|
Kelas dasar VII
|
3
|
2
|
5
|
|
Jumlah
|
42
|
38
|
80
|
Tabel 3
Keberadaan siswa SMPLB Karya Murni Ruteng
No
.
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Putra
|
Putri
|
|||
1.
|
Kelas
VII
|
2
|
1
|
3
|
2.
|
Kelas
VIII
|
-
|
3
|
3
|
3.
|
Kelas
IX
|
-
|
3
|
3
|
jumlah
|
2
|
7
|
9
|
Tabel 4
Keberadaan siswa SMLB Karya Murni
Ruteng
No.
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Putra
|
Putri
|
|||
1.
|
Kelas
X
|
2
|
1
|
3
|
2.
|
Kelas
XI
|
-
|
2
|
2
|
3.
|
Kelas
XII
|
-
|
2
|
2
|
jumlah
|
2
|
5
|
7
|
Sumber : SLB Karya Murni Ruteng, Oktober 2011
Berdasarkan bulan Oktober 2011, dari tabel di atas maka data
siswa SLB Karya Murni Ruteng disimpulkan bahwa dengan
jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 96 orang anak dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan sekolah, dengan pembagian kelas persiapan dan kelas
dasar terdiri dari 80 orang, kelas SMP terdiri dari 9 orang dan kelas SMA
terdiri dari 7 orang.
1.1.3.
Potensi Tenaga Kependidikan
Pada Pendidikan Di SLB-B Karya
Murni Ruteng mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada
table 5 berikut ini :.
Tabel 5.
keberadaanTenaga kependidikan SLB Karya Murni Ruteng
No
|
Nama / Nip
|
Jk
|
Pend
|
Jab
|
|
1.
|
Skolastika Daiman,S.Pd
|
P
|
S1 PLB
|
Kepsek
|
|
2.
|
Bonefasius Bon, S.Pd
Nip : 196302121992031123
|
L
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
3.
|
Marselinus Dahlan,S.Pd
Nip : 196605052003121003
|
L
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
4.
|
Benedikta Laus,S.Pd
Nip : 197007132008012026
|
P
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
5.
|
Wilhelmus Jawa,S.Pd
Nip : 196608172002121006
|
L
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
6.
|
Pelipus Paus,S.Pd
|
L
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
7.
|
Maria Rikhardis
Nip : 196609182000122002
|
P
|
SPG-SD
|
Guru
|
|
8.
|
Ermelinda Lanek, S.Pd
|
P
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
9.
|
Benyamin Mitang
Nip : 197110212007011018
|
L
|
D2 KAT
|
Guru
|
|
10.
|
Robertus Rabin,S.Pd
Nip. 197008282000031011
|
L
|
S1 KAT
|
Guru
|
|
11.
|
Emerensiana Jenanut
|
P
|
D3 KAT
|
Guru
|
|
12
|
Theresia V. Cangkung,S.Pd
|
P
|
S1 PLB
|
Guru
|
|
13.
|
Anastasia Sta,S.Pd
Nip. 197406152009032004
|
P
|
S1 BINDO
|
Guru
|
|
14.
|
Elfrida Anita Jemimu,S.Pd
Nip. 198209212009032008
|
P
|
S1 BK
|
Guru
|
|
15
|
Kristina Genor,SE
|
P
|
S1 EKO
|
Guru
|
|
16
|
Ewaldus Farman Bonggong
|
L
|
S1 Hukum
|
Tata usaha
|
|
17
|
Fabianus Santu
|
L
|
SD
|
Penjaga sekolah
|
|
18
|
Marselino Yatut Jehadut
|
L
|
SLTP
|
Penjaga sekolah
|
Sumber SLB Karya Murni Ruteng
Dari tabel
di atas data guru SLB Karya Murni Ruteng dapat
diasumsikan, bahwa dengan jumlah guru yang ada cukup menunjang, Namun kondisi
yang ada pada tabel di atas dapat membuktikan bahwa guru-guru SLB Karya Murni
Ruteng memiliki standar kompetensi atau kelayakan untuk mengajar yang cukup
baik, jika dilihat dari gelar yang dimiliki.
3.6.1 Kebutuhan rela SLB Karya Murni Ruteng
Untuk membantu
proses pembelajaran dan melengkapi
fasilitas yang ada di SLB Karya Murni
Ruteng, dibutuhkan saran pendukung dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel.6
Kebutuhan Real SLB Karya Murni Ruteng
N0
|
U R A I A N
|
VOLUME
|
PENGGUNAAN
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Ruang kelas
Buku pelajaran
operasioanal
Keterampilan :
-
Tata rias
-
Tata boga,
-
Tata busana
-
Bengkel kayu
Beasiswa
murid
Biaya
operasional
Penambahan
guru
Pengangkatan
guru PNS
|
3 buah
Semuan kelas
1 tahun anggaran
7 orang
1 tahun anggaran
4 orang
5 orang
|
Ruang kelas
Semua pelajaran
Pengadaan
bahan
siswa
pengadaan
kebutuhan
pendukung
proses
belajar guru-guru
|
Sumber SLB Karya Murni Ruteng
Dari
table ditas dapat kita lihat bahwa masih banyak fasilitas dan tenaga pengajar
yang dibutuhkan, dilihat dari table maasih dibutuhkan 3 ruangan kelas untuk
SMA, buku pelajaran yang sangat minim, pengadaan bahan operasional
keterampilan, ( ruang tata rias, tata boga, tata busana, bengkel kayu ),
sekolah juga membutuhkan beasiswa murid,
biaya operasional yang digunakan untuk pengadahan kebutuhan, penambahan guru 4
orang sebagai pendudukung lancar kegiatan belajar mengajar, pengangkatan
guru-guru menjadi PNS sebagai acuan terhadap proses belajar dari guru-guru.
1.2.
Hasil penelitian dan pembahasaan
1.2.1 Observasi
Observasi adalah data yang dikumpulkan
dengan cara mengamati hal-hal yang sedang berkembang di tempat penelitian. Observasi
merupakan metode pengumpulan data yang baik dan mendukung pengumpulan data
secara langsung di lokasi penelitian.
1.2.1.1 Sarana dan prasarana
Untuk meningkatankan pembelajaran
disuatu sekolah, sarana dan prasarana adalah hal yang perlu ada karena sarana
dan prasarana dapat memberikan kontribusi sendiri untuk lancarnya kegiatan KBM.
Berdasarkan hasil observasi / pengamatan tentang
sarana dan prasarana yang ada di SLB-B Karya Murni Ruteng yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani dapat dilihat pada daftar berikut ini:
Tabel 7.
sarana olahraga SLB Karya Murni Ruteng
No
|
Jenis Alat
|
jumlah
|
|
1.
|
Lapangan bola kaki
|
1 buah
|
|
2.
|
Lapangan bola voly
|
1 buah
|
|
3.
|
Lapangan
bola takraw
|
-
|
|
4.
|
Lapangan bulu tangkis
|
-
|
|
5.
|
Lapangan tolak Peluru
|
-
|
|
6.
|
Matras
|
1 buah
|
|
7.
|
Net voly
|
1 buah
|
|
8.
|
Net takraw
|
-
|
|
9.
|
Net badminton
|
1 buah
|
|
11.
|
Tenis
meja
|
1 buah
|
|
12.
|
Lapangan Cakram
|
-
|
|
13.
|
Kostum Olahraga
|
2 pasang
|
|
14
|
Kolam lompat jauh
|
1 buah
|
|
15
|
Lapangan tenis lantai
|
-
|
|
16
|
Timbangan
|
1 buah
|
Sumber
: SLB-B Karya Murni Ruteng
Berdasarkan table
di atas, maka sarana yang
ada di
SLB Karya Murni Ruteng dapat
disimpulkan bahwa masih sangat minim dan kondisi atau jumlah
sarana yang dimiliki tidak memadai, tetapi proses
pembelajaran penjas tetap berjalan dengan baik.
1.2.1.2
Alat
Peraga
Dalam kegiatan KBM penjas dibutuhkan
alat peraga yang dapat membantu jalanya kegiatan belajar mengajar. Dari daftar
table berikut beberapa alat peraga yang ada pada SLB Karya Murni Ruteng.
Tabel.8
Alat peraga SLB Karya Murni Ruteng
No
|
Jenis Alat
|
jumlah
|
Keterangan
|
|
Baik
|
Buruk
|
|||
1.
|
Bola kaki
|
1 buah
|
B
|
-
|
2.
|
Bola voly
|
1 buah
|
B
|
-
|
3.
|
Bola takraw
|
1 buah
|
-
|
KB
|
4.
|
Raket Badminton
|
2 pasang
|
-
|
KB
|
5.
|
Bet tenis meja
|
2
pasang
|
1 B
|
1 KB
|
6.
|
Raket
tenis lantai
|
1
pasang
|
-
|
KB
|
7.
|
Peluru dan cakram
|
3 buah
|
B
|
|
Dari table di atas dapat
dilihat minimnya alat peraga yang ada di SLB Karya Murni Ruteng tidak membuat
anak atau siswa untuk tidak berolahraga, dengan adanya fasilitas atau alat
peraga diatas kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Usaha dari
guru atau pendidik adalah memodifikasikan permainan dan alat-alat peraga guna
untuk melengkapi kurikulum, memodifikasi jenis alat peraga tersebut sesuai
dengan jenis olahraga. Beberapa permainan yang dimodifikasikan yaitu Rounders dan softbolls, dikarenakan minimnya fasilitas dan disesuaikan dengan
kondisi dari anak atau siswa tersebut.
1.2.2 Wawancara
. Wawancara merupakan percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh data-data yang
dibutuhkan sehubungan dengan proses penelitian. Beberapa hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti terhadap Guru Penjasorkes SLB Karya Murni Ruteng dan siswa.
Pada pertanyaan pertama dan kedua yang
ditanyaakan oleh peneliti lebih ditujukan pada pelaksanaan pendidikan dan peran
guru penjasorkes di SLB karya Murni Ruteng, maka dikatakan oleh guru pendidikan
jasmani bapak Pilipus Paus bahwa :
“ Mereka
( ABK ) belum mengenal istilah, tetapi sudah melaksanankan menurut jenis
kebutuhan dari mereka dan peran guru penjas 100 % kami berperan, sebagai
pelatih, pendidik”
Pada pertanyaan ketiga dan keempat,
peneliti menanyakan hal-hal yang menyangkut permianan apa saja yang diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus tersebut serta sarana dan prasarana yang ada
pada SLB Karya Murni Ruteng, maka dikatakan oleh guru penjas SMPLB bapak
Rudiyanto Pantur, yang merangkap sebagai guru penjasorkes SDLB mengatakan ;
“
Hampir semua jenis cabang olah raga, etapi itu semua harus sesuai dengan jenis
karakter kebutuhan dari mereka dan masih
kurangnya sarana dan prasaran yang mendukung kegiatan, banyak permainan yang
dimodifikasikan, seperti softball, rounders”
Pertanyaan kelima dan keenam lebih ditujukan pada pertanyaan mengenai
kendala-kendala dan cara mengatasi hal-hal dalam mengahdapi anak berkebutuhan
khusus tersebut, bapak Pilipus Paus menuturkan bahwa:
“
sulitnya metode yang diberikan kepada anak berkebutuhan ganda, sangat susah
untuk konsen terlalu lama ( sifat dasar
), pemeberian penegasaan secara keras atau kasar dapat membuat mereka tersinggung, putus asa, minder, dan cepat marah., susah beradaptasi
pada semua pola permainan yang
diberikan., dan cara yang tepat yang dilakukan adalah bersikap seperti seorang
bapak, beradaptasi dengan setiap tingkah
pola anak, memberikan bimbingan khusus kepada anak berkebutuhan khusus tersebut dan olahraga difokuskan sore hari “.
1.2.3 Dokumentasi
Metode
dokumentasi ini digunakan untuk peroleh pengertian-pengertian tentang
pokok-pokok persoalan yang dibicarakan. Metode dokumentasi ini dimaksud untuk
mengambil bermacam-macam data tentang hal-hal yang diteliti dengan mempelajari
buku yang ada hubungannya dengan penelitian.
Pada
penelitian ini peneliti mengambil beberapa gambar yang digunakan untuk
pembuktian dan alas an yang kuat bhwa peneliti melakukan penelitian. Gambar
yang diambil itu antara lain: Gambar (1) gambar dimna peneliti sedang melakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran penjasorkes di SLB Karya Murni Ruteng
(terlampir), gambar (2) peneliti sedang melakukan wawncara dengan siswa yang
dibantu oleh guru mata pelajaran penjasorkes. gambar (3), lapangan bola voli,
(4) lapangan bola kaki dan (5) kolam lompat jauh adalah sarana yang mendukung
kegiatan pembelajaran penjaorkes di SLB Karya Murni Ruteng (terlampir), gambar
(6) alat peraga yang dipakai do SLB Karya Murni Ruteng, yang bermanfaat
menunjang kegiatan pembelajaran Penjasorkes.
1.3
Proses Pendidikan Jasmani adaptif pada
SLB Karya Murni
Ruteng
SLB
Karya Murni adalah salah satu sekolah luar biasa yang diperuntukan bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK). Perkembangan olahraga pada sekolah luar biasa (SLB)
wajib diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar, SLTP sampai tingkat
SMLB. Muncul pertanyaan mengapa olahraga merupakan suatu mata pelajaran yang
wajib diberikan disekolah-sekolah? membina mental para peserta didik agar
membentuk kepribadian yang harmonis, bertanggung jawab, kerjasama, disisplin ,maka
mata pelajaran pendidikan jasmani sudah selayaknya membawa angin segar untuk
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikutinya. Namun pada kenyataannya, masih
banyak siswa yang belum meminati olahraga, bahkan cenderung kurang menyukainya.
Tetapi, di SLB Karya Murni Ruteng, olahraga merupakan salah pendidikan yang
menyenangkan. Karena di samping ingin mencapai suatu keterampilan, serta tujuan
utama pendidikan jasmani.
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) biasa lebih menitikberatkan pada pembelajaran
pengenalan langsung tentang olahraga. Perkembangan olahraga di SLB Karya Murni
Ruteng sangat meningkat, buktinya dengan mengikuti berbagai perlombaan baik
tingkat kabupaten, propinsi, maupun tingkat nasional dan ini untuk dalam setiap
tahun serta meraih keberhasilan yang sangat memuaskan.
Banyak kendala
dan hambatan agar pendidikan jasmani disukai dan disenangi oleh siswa atau
bahkan untuk mencapai prestasi pada salah satu nomor lomba tingkat pelajar. Salah
satu kendala yang sering ditemukan dalah kurang tersedianya fasilitas dan
perlengkapan untuk kegiatan. Kemampuan guru penjaskes, penguasaan tehnik, dan
berorintasi pada hasil dan prestasi. Dengan demikian kesenangan siswa kurang
diperhatikan.
Harapan Masyrakat kedepanya mata pelajaran
pendidikan jasmani di SLB Karya Murni Ruteng, perlu terus dikembangkan dan atau
ditingkatkan dengan coba memodifikasikan peralatan dan materi pembelajaran agar
siswa SLB Karya Murni Ruteng lebih berprestasi dan meningkatkan mutu dari
olahraga itu sendiri.
1.4
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif
Kebutuhan
merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan motivasi. Motivasi itu akan
menimbulkan gerak dan usaha untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan juga merupakan
prasyarat yang harus dipenuhi apabila ingin menciptakan sesuatu yang ideal,
maka tidak terlepas dari segi psikologi dan sosial.
Pembelajaran penjas adaptif pada anak berkebutuhan khusus di SLB karya
Murni Ruteng, membantu keberhasilan anak dalam mengusahakan pemenuhan kebutuhan
fisiknya. Penjas adaptif di SLB Karya Murni Ruteng dapat memberikan motivasi kepada anak
berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan kemampuan anak atau siswa didalam
gerak dan mereka juga belajar
pengetahuan tentang aktivitas yang dapat memberikan kepuasaan, mengembangkan
sikap, dan apresiasi terhadap aktivitas mereka ikuti. Mereka juga belajar
bagaimana memanfaatkan waktu luang
sebagai bentuk rekreasi yang dapat memberikan kesenangan baik secara
fisiologis, psikologis, dan social.
Pembelajaran penjas adaptif
yang dipakai dan dipraktek di SLB Karya Murni Ruteng memberikan kontribusi
tersendiri dalam memodifikasikan setiap permainan, alat peraga dan metode yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan anak atau siswa.
1.4.1 Pemanfaatan Sumber dan Media pembelajaran
Pada
umumnya dalam melaksanakan pembelajaran, mereka menggunakan alat-alat bantu
yang disediakan dari sekolah sesuai dengan kebutuhan mereka masing, sedangkan
untuk penguasaan media disesuaikan dengan kondisi materi pelajaran dan kondisi
dari ABK tersebut.
Dalam proses pembelajaran guru selalu melibatkan peserta didik dan menciptakan suasana keaktifan peserta didik dalam hal pemberian informasi dan latihan-latihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dari siswa tersebut.
Dalam proses pembelajaran guru selalu melibatkan peserta didik dan menciptakan suasana keaktifan peserta didik dalam hal pemberian informasi dan latihan-latihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dari siswa tersebut.
1.4.2.
Proses Pembelajaran
Sebelum proses pembelelajaran
berlangsung, seorang guru harus melaksanakan pengelolahan siswa, sehingga
memudahkan guru untuk memperlunak proses belajar mengajar. Dalam proses
pembelajaran ini guru banyak menerapkan metode individu, karena disesuaikan dengan
kondisi dari tiap-tiap anak berkebutuhan khusus tersebut. Adapun kegiatan inti
dari proses pembelajaran ini adalah :
1.4.2.1
Penguasaan materi
Sesuai dengan hasil pengamatan yang
dihimpun, pada umunya guru di SLB-B karya Murni Ruteng mempunyai kompetensi dan
penguasaan materi. Setiap guru wajib mengikuti pelatihan yang dilaksanakan dari
dinas PPO dan kegiatan ditingkatan propinsi khususnya pada pelaksanaan
pendidikan anak berkebutuhan khusus.
1.4.2.2 Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru umunya
adalah ceramah, bimbingan dan tugas, karena dilihat dari situasi dan kondisi
dan anak berkebutuhan khusus tersebut. Dan metode yang dipakai dalam
pelaksanaan pembelajaran ini adalah metode individu. Alasan dari pembelajaran
mengunakan metode individu ini adalah : 1) Penggunaan metode individu ini
karena banyak siswa kebutuhan khusus
mempunyai kelainan ganda, dalam hal ini adalah adanya siswa mempunyai lebih dari satu kebutuhan,
misalnya ada siswa yang gangguan pada pendengaran dan gangguan pembicaraan. 2) Sangat
susah konsen telalu lama, krarena merupakan sifat dasar. 3) Pemberian
penegasaan secara kasar dapat membuat mereka tersinggung, putus asa, dan cepat
marah. 4) Susahnya beradaptasi pada pola permainan. 5) Tidak mampu menjaga
sarana dan prasarana.
1.5 Organisasi Sekolah di SLB Karya Murni
Ruteng
1.5.1. Tingkat pendidikan Guru
Pada dasarnya tingkat pendidikan
tenaga pengajar di SLB Karya Murni Ruteng berbeda-beda dan dapat dilihat dari
daftar tingkat pendidikan dibawah ini :
Table 9
Pendidikan Guru-guru SLB
Karya Murni Ruteng
no
|
Latar
belakang pendidikan
|
∑
|
%
|
1
|
S1
|
13
|
-
|
2
|
DIII
|
1
|
-
|
3
|
DII
|
1
|
-
|
4
|
KPG
|
-
|
-
|
5
|
SPG
|
1
|
-
|
6
|
PGAN
|
-
|
-
|
7
|
SMA/
SMK
|
-
|
-
|
8
|
SMP
|
1
|
-
|
9
|
SD
|
1
|
-
|
Jumlah
|
18
|
100
|
Dari tabel di atas data
guru SLB Karya Murni Ruteng dapat simpulkan, bahwa pendidikan dari setiap guru
yang ada cukup menunjang, kondisi yang ada pada tabel di atas dapat membuktikan
bahwa guru-guru SLB Karya Murni Ruteng memiliki standar kompetensi atau
kelayakan untuk mengajar yang cukup baik.
1.5.2
Jabatan Tenaga Pendidikan
Di DLB Karya Murni Ruteng mempunyai
struktur jabatan pendidik seperti yang dilampirkan pada table 10 berikut ini :
Tabel 10
Jabatan tenaga pendidik SLB Karya Murni Ruteng
no
|
jabatan
|
∑
|
%
|
1
|
Kepala
sekolah
|
1
|
-
|
2
|
Wakil
kepala sekolah
|
-
|
-
|
3
|
Wali
kelas / guru kelas
|
8
|
-
|
4
|
Guru
mata pelajaran
|
6
|
-
|
5
|
Tata
usaha
|
1
|
-
|
6
|
Penjaga
sekolah
|
2
|
-
|
|
jumlah
|
18
|
100
|
Dari table diatas maka disimpulkan jabatan tenaga
pendidikan SLB Karya Murni Ruteng anatara lain, 1 roang kepala sekolah, di SLB
karya Murni Ruteng wakil kepala sekolah tidak dipakai Karena kepala sekolah
rangkap menjadi wakil, wali kelas / atau guru kelas ada 8 orang guru sekalian
merangkap sebagai pengajar, guru mata pelajaran ada 6 orang guru, yaitu 3 orang
guru kateketik, 1 orang guru bahasa Indonesia, 1 orang BK, dan 1 orang guru
Ekonomi, 1 orang tata usaha, 2 orang penjaga sekolah.
1.5.3
Pelatihan yang dilakukan oleh guru SLB
Karya Murni Ruteng
Untuk memajukan pendidikan di SLB Karya Murni Ruteng, maka sekolah
mengadakan pelatihan kepada tiap-tiap guru mata pelajaran baik tingkat
kabupaten, propinsi, maupun nasional. Pelatihan ini bertujuan untuk melatih beradaptasi
terhadap setiap kebutuhan yang dialami anak atau siswa dan pengenalan terhadap
tiap-tiap kategori kebutuhan anak atau siswa tersebut.
1.6
Materi pembelajaran
Dalam pembelajaran di SLB karya murni
Ruteng, materi pembelajaran seperti sekolah-sekolah biasa tidak ada materi
khusus untuk siswa.
1.6.1 Silabus dan RPP
Silabus yang terdiri
dari: standar kompetensi, kompotensi dasar, indicator materi pokok, kegiatan
pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, metode alokasi waktu/alat/bahan, dengan
materi yang akan dibawakan.
RPP yang terdiri dari: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, metode,
langkah-langkah pembelajaran. Berikut contoh RPP yang dipakai di SLB Karya
Murni Ruteng.
1.6.2 Struktur
dan Muatan kurikulum
Struktur kurikulum, muatan kurikulum,
media pembelajaran, muatan local, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban
belajar, ketuntasan belajar, penilaian dan pengurusan.
1.6.3 Penilaian
proses pembelajaran
Penilaian yang dilakukan oleh guru adalah
penilaian proses dan hasil yang bisa dibuat oleh anak berkebutuhan khusus
tersebut pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pendidikan sangat penting dan
dibutuhkan oleh anak yang mengalami kelainan, terutama penjas adaptif
yang bisa membantu siswa baik pada fisiologis maupun psikologisnya. Program
pendidikan yang diberikan harus sesuai dengan kelainan yang dialami oleh
masing–masing anak. Sebagai guru kita harus pandai dalam mengatur strategi atau
model–model pembelajaran untuk anak yang mengalami gangguan tersebut. Pada
penderita gangguan fisik, bukan hanya dalam segi fisik saja yang harus tangani
tetapi juga pada mental dan social.
Adapun beberapa hal penting yang dapat
disimpulkan berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan:
1.
Penyampaian konsep belajar harus
konkrit agar mempermudah pemahaman dari
setiap anak berkebutuhan khusus
tersebut.
2.
Metode demonstrasi dan memodifikasikan
alat sesuai dengan kebutuhan anak tersebut dapat mningkatkan keaktifan belajar
mereka.
3.
Peran guru sangat penting, adanya
bimbingan, keuletan, dan kesigapan dari pendidik sehingga pemahaman dari anak
berkebutuhan khusus terhadap pembelajaran sangat mudah.
Adanya pelatihan terhadap guru
khusus pada bidang masing-masing kebutuhan,
sehingga mempermudah jalannya kegiatan pembelajaran nanti.
1.2.
Saran
Kita harus memperlakukan mereka
sebagai individu yang berharga dengan bakat-bakat yang dihargai, dengan
keunikan perasaan yang dapat diekspresikan, dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi
yang patut dipenuhi, dan dengan perasaan frustasi yang dapat diatasi.
Berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran mungkin ada nada dan itu sangat membuat guru atau pendidik selalu
merasa terganggu.untuk memncegal akan apa yang terjadi penulis menyarankan
beberapa hal:
1.
Guru atau pendidik harus menyiapkan
perangkat pembelajaran dengan baik dan benar sesuai dengan kebutuhan dari anak
berkebutuhan itu masing, dengan ini bisa membantu kegiatan pembelajaran
nantinya.
2. Menciptakn
kondisi belajar sehingga peserta didik betah dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3. Mengikuti
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dari anak berkebutuhan
khusus sehingga dapat meningkatkan pengertian terhadap anak berkebutuhan khusus
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Arma
Abdoellah, Prof.,M.sc., (1996): Pendidikan Jasmani Adaptif, Ditjen Dikti,
Depdikbud, Jakarta
Augustinus
(dalam Suryabrata, 1987), Psikologi anak.
Cholik
Mutohir, (1992).Pengertian Pendidikan Jasmani
Boediono, 2002:7, dalam: contoh proposal
penelitian, Andreas Ande, hal. 12).
Nasution (192:18) penelitian
tindakan kelas.
Agus Mahendra, 2003 ( Falsafah Pendidikan Jasmani)
John Locke (dalam Gunarsa, 1986 Psikologi Perkembangan,Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia)
Http :// www,Yogyakarta(Diksi.com)
Pelatihan anak berkebutuhan khusus dengan
pendidikan jasmani adaptif. 2010 ).
Http :// www
Subject: [Puterakembara] Kebijakan
Pendidikan Bagi Anak Autis,09/24/2005
Http://Oktamahalita.Wordpress.Com/ 2010/ 01/ 27/ Pengertian
Penjas dan Olahraga.
Undang-undang
sistem pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003
Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989
Riduwan,2009.
Belajar
muda penelitian untuk guru-kariawan dan peneliti pemula. Bandung:Alfabeta
Sutrisno Hadi
metode observasi (1986:117)
psikiatri FKUI/Rs CM, Dr. Ika
Widyawati Sp
KJ (K) (Konsep Anak Berkebutuhan Khusus).(Internet
12 agustus 2011),
(internet,04 September
2011,posting 27 November 2008,Armin blog) :
Rujukan
Buku : Suryabrata, Sumadi, 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta, internet posted 19 november 2008,
psikologi Anak)
Crow
(Dalam:Supriyatno, 2001, Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kecenderungan
Impotensi).
Pelipus Paus (Guru mata pelajaran
pendidikan jasmani SLB Karya Murni Ruteng, 20 september 2011.
http//www.
ikadam23, Pembelajaran Adaptif Dalam
Pendidikan Jasmani Bagi ABK.com.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1991) Pengertian pendidikan.
No comments:
Post a Comment